Selain memperhatikan dan mengamalkan amalan-amalan yang dianjurkan atau dipraktekkan Nabi saw saat Hari Raya Idul Fitri tiba, untuk menyempurnakan perayaan hari kemenangan dan shalat Id Anda, alangkah baiknya juga memperhatikkan dan mengetahui hal-hal atau amalan-amalan yang tidak pernah tilakukan Baginda Nabi. Amalan-amalan tersebut mungkin pernah atau bahkan sering kita lihat dan kita praktekkan sendiri karena sudah menjadi kebiasaan atau tradisi dalam masyarakat.
Tidak melakukan adzan dan iqomah sebelum shalat Id
Hal ini mungkin tidak wajar bagi sebagian masyarakat kita yang sudah terbiasa dengan adzan dan iqomah terlebih dahulu sebelum shalat Id. Namun, berdasarkan hadits-hadits shahih, Rasulullah ketika tiba di masjid (biasanya Nabi saw shalat di tanah lapang) langsung menunaikan shalat tanpa ada adzan dan iqomah.
Tidak mengucap ‘ash sholatul jami’ah
Layaknya shalat berjamaah, masyarakat kita terbiasa ketika hendak memulai shalat, imam akan mengucapkan kalimat ásh sholatul jami’ah sebagai bertanda akan dimulainya shalat. Namun hal ini ternyata tidak pernah dilakukan Nabi saw dan para sahabat.
Tidak melakukan shalat qabliyah dan ba’diyah
Selain shalat tahiyatul masjid, shalat sunnah yang biasa kita lakukan ketika memasuki masjid adalah shalat qobliyah (sebelum) dan ba’diyah (sesudah) shalat utama (shalat wajib atau sunnah). Akan tetapi, shalat ini tidak perlu Anda lakukan di hari Idul Fitri agar kita terhindar dari hal yang dikatakan mengada-ada dalam agama (makruh), karena dikhawatirkan akan mengurangi makna shalat Idul Fitri Anda. Hal ini sama sekali tidak pernah dipraktekkan oleh Baginda Nabi saw.
Berkhutbah tidak menggunakan mimbar
Berdasarkan hadits-hadits shahih Bukhari dan Muslim, Nabi saw selalu berkhutbah di tanah dan tidak berkhutbah di atas mimbar. Hal ini dikarenakan seumur hidupnya nabi saw selalu shalat Id di tanah lapang. Suatu kali Nabi saw pernah shalat Id di masjid karena kondisi saat itu yang tidak memungkinkan yakni hujan. Diriwayatkan bahwa saat itu Beliau berkhutbah di atas mimbar. Karena itu, kebiasaan masyarakat kita berkhutbah di atas mimbar meskipun jarang dipraktekkan Nabi saw masih diperbolehkan asal isi khutbahnya berisi wejangan, anjuran dan larangan.
Tidak memulai khutbah dengan bacaan takbir
Nabi saw biasa memulai khutbahnya dengan ‘Alhamdulillah…‘ dan tidak terdapat dalam satu hadits pun yang menyebutkan beliau memulai khutbah shalat Id dengan bacaan takbir. Hanya saja dalam khutbahnya, Beliau memperbanyak bacaan takbir.
Boleh tidak mendengarkan khutbah
Nabi saw memberi keringanan kepada jamaahnya untuk tidak mendengarkan khutbah shalat Id, baik karena alasan tertentu atau tidak. Artinya, mendengarkan khutbah tidak mengurangi nilai shalat Id. Kita pernah atau bahkan sering mendengar orang mengatakan bahwa khutbah merupakan satu paket dengan shalat Id dan sama-sama tidak boleh ditinggalkan. Karena itu, kita sering dilarang jika tidak mendengarkanb khutbah.
Amalan-amalan tersebut di atas tidak pernah dipraktekkan nabi saw ketika Beliau hendak melaksanakan atau memimpin shalat Id. Tentu, amalan di atas perlu kita hindari untuk melakukannya agar kita terhindar dari hal yang dikatakan mengada-ada dalam agama (makruh) dan karena dikhawatirkan akan mengurangi makna shalat Idul Fitri. Demikian, selamat merayakan hari kemenangan mohon maaf lahir dan batin. Wallahu ‘alam bissawaf.
Tidak melakukan adzan dan iqomah sebelum shalat Id
Hal ini mungkin tidak wajar bagi sebagian masyarakat kita yang sudah terbiasa dengan adzan dan iqomah terlebih dahulu sebelum shalat Id. Namun, berdasarkan hadits-hadits shahih, Rasulullah ketika tiba di masjid (biasanya Nabi saw shalat di tanah lapang) langsung menunaikan shalat tanpa ada adzan dan iqomah.
Tidak mengucap ‘ash sholatul jami’ah
Layaknya shalat berjamaah, masyarakat kita terbiasa ketika hendak memulai shalat, imam akan mengucapkan kalimat ásh sholatul jami’ah sebagai bertanda akan dimulainya shalat. Namun hal ini ternyata tidak pernah dilakukan Nabi saw dan para sahabat.
Tidak melakukan shalat qabliyah dan ba’diyah
Selain shalat tahiyatul masjid, shalat sunnah yang biasa kita lakukan ketika memasuki masjid adalah shalat qobliyah (sebelum) dan ba’diyah (sesudah) shalat utama (shalat wajib atau sunnah). Akan tetapi, shalat ini tidak perlu Anda lakukan di hari Idul Fitri agar kita terhindar dari hal yang dikatakan mengada-ada dalam agama (makruh), karena dikhawatirkan akan mengurangi makna shalat Idul Fitri Anda. Hal ini sama sekali tidak pernah dipraktekkan oleh Baginda Nabi saw.
Berkhutbah tidak menggunakan mimbar
Berdasarkan hadits-hadits shahih Bukhari dan Muslim, Nabi saw selalu berkhutbah di tanah dan tidak berkhutbah di atas mimbar. Hal ini dikarenakan seumur hidupnya nabi saw selalu shalat Id di tanah lapang. Suatu kali Nabi saw pernah shalat Id di masjid karena kondisi saat itu yang tidak memungkinkan yakni hujan. Diriwayatkan bahwa saat itu Beliau berkhutbah di atas mimbar. Karena itu, kebiasaan masyarakat kita berkhutbah di atas mimbar meskipun jarang dipraktekkan Nabi saw masih diperbolehkan asal isi khutbahnya berisi wejangan, anjuran dan larangan.
Tidak memulai khutbah dengan bacaan takbir
Nabi saw biasa memulai khutbahnya dengan ‘Alhamdulillah…‘ dan tidak terdapat dalam satu hadits pun yang menyebutkan beliau memulai khutbah shalat Id dengan bacaan takbir. Hanya saja dalam khutbahnya, Beliau memperbanyak bacaan takbir.
Boleh tidak mendengarkan khutbah
Nabi saw memberi keringanan kepada jamaahnya untuk tidak mendengarkan khutbah shalat Id, baik karena alasan tertentu atau tidak. Artinya, mendengarkan khutbah tidak mengurangi nilai shalat Id. Kita pernah atau bahkan sering mendengar orang mengatakan bahwa khutbah merupakan satu paket dengan shalat Id dan sama-sama tidak boleh ditinggalkan. Karena itu, kita sering dilarang jika tidak mendengarkanb khutbah.
Amalan-amalan tersebut di atas tidak pernah dipraktekkan nabi saw ketika Beliau hendak melaksanakan atau memimpin shalat Id. Tentu, amalan di atas perlu kita hindari untuk melakukannya agar kita terhindar dari hal yang dikatakan mengada-ada dalam agama (makruh) dan karena dikhawatirkan akan mengurangi makna shalat Idul Fitri. Demikian, selamat merayakan hari kemenangan mohon maaf lahir dan batin. Wallahu ‘alam bissawaf.
http://www.phylopop.com/2011/08/6-amalan-yang-tidak-diperbolehkan-saat.html
0 komentar:
Post a Comment