Program pemerintah pusat memperbanyak jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk menekan pengangguran, ternyata tidak sepenuhnya bisa diterapkan di Riau, karena tamatan SMK belum siap memasuki dunia kerja.
Karena itu, pada tahun 2010, Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Pendidikan (Disdik), justru akan memperbanyak jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) ketimbang SMK, dengan perbandingan 60:40.
"Program nasional memperbanyak SMK sebagai tuntutan dunia kerja ternyata belum pas sebagai solusi, karena tamatan SMK ini kita anggap belum siap masuki dunia kerja," kata Kadisdik Riau, Irwan Effendi, Kamis (19/11).
Karena itu, pada tahun 2010, Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Pendidikan (Disdik), justru akan memperbanyak jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) ketimbang SMK, dengan perbandingan 60:40.
"Program nasional memperbanyak SMK sebagai tuntutan dunia kerja ternyata belum pas sebagai solusi, karena tamatan SMK ini kita anggap belum siap masuki dunia kerja," kata Kadisdik Riau, Irwan Effendi, Kamis (19/11).
Menurut Irwan, hasil penelusuran di beberapa perusahaan besar di Riau ditemukan, bahwa tamatan SMK tidak bisa berbuat banyak dalam pekerjaannya. Akhirnya, pihak perusahaan memilih tidak merekrut tenaga kerja tamatan SMK, karena justru dianggap merugikan perusahaan.
"Dunia kerja makin canggih dan penggunakan teknologi juga makin maju. Solusi memperbanyak SMK sebagai jalan pintas ke dunia kerja perlu dipertimbangkan lagi, karena terbukti mereka tidak siap," kata Irwan.
Ketidaksiapan itu, lanjut Irwan, juga karena SMK belum sanggup menyediakan sarana dan prasarana memadai, yang sesuai tuntutan jurusannya. "Faktor pendukung yang sudah dipersiapkan pemerintah belum memadai, seperti infrastruktur, listrik serta pendanaan," ujarnya.
Selain itu, kualifikasi guru SMK juga belum sesuai dengan yang seharusnya atau sesuai mata pelajaran bagi peserta didik. Di Riau, kata Irwan, masih banyak guru yang memberikan pengajaran tidak sesuai dengan bidang keahliannya. Ini juga menjadi problem di lapangan.
"Mencetak guru profesional tidak mudah, butuh proses. Sementara untuk manghasilkan SDM handal harus didukung guru yang handal juga," ujar Irwan.
Karena itu, dia bilang, peluang ke depan cenderung lebih besar diperoleh dari tamatan SMA. Kini, selanjutnya adalah memberikan life skills kepada para siswa SMA. Memberdayakan life skills siswa SMA, kata Irwan, bisa dengan memanfaatkan Badan Latihan Kerja (BLK).
"Saya pikir, yang perlu diperbanyak adalah memberikan tambahan ekstra kurikuler untuk mereka. Ini mampu sebagai solusi jangka pendek untuk menekan angka pengangguran," ujarnya.
0 komentar:
Post a Comment