Menurut ahli zoologi evolusioner University of Aarhus di Denmark dan ahli jaring laba-laba Fritz Vollrath, jaring laba-laba lebih tahan lama dan elastis dibanding fiber terkuat buatan manusia (Kevlar) yang digunakan untuk membuat rompi antipeluru.
Menurut profesor emeritus teknik mesin di University of Houston John Lienhard, selain sangat lentur, jaring laba-laba mampu meregang hingga 140% tanpa rusak. Seperti dikutip dari lifeslittlemisteries, untuk bahan sekuat ini, jaring laba-laba termasuk sangat ringan.
Ilmuwan telah mencoba memahami mekanisme laba-laba dalam membuat jaring, dan sejauh ini gagal menciptakan ulang jaring laba-laba di laboratorium. Kegagalan tersebut dikarenakan molekul kompleks protein dan sekuens DNA berulang di laba-laba.
Meski begitu, ilmuwan berhasil memahami bagaimana jaring laba-laba mengeras. Vollrath menemukan laba-laba mengeraskan jaring dengan mengasamkannya, metode ini mirip dengan proses dalam pembuatan fiber industri seperti nilon.
Setelah mengamati saluran jaring laba-laba, Vollrath menyatakan sebelum memasuki saluran, jaring laba-laba terdiri dari protein cair. Ketika cairan masuk saluran, sel-sel menarik air dari jaring protein, dan hidrogen dipompa ke bagian lain saluran, hal ini menghasilkan mandi asam.
Jaring laba-laba kemudian dipintal dari gel menjadi fiber solid yang ditarik melalui kelenjar asam laba-laba yang disebut kelenjar spinneret. Laba-laba memiliki 2-8 spinneret, dan biasanya berpasangan, tergantung spesies. Spinneret mengeluarkan berbagai jenis jaring, dari yang lengket hingga yang tak lengket, tergantung kebutuhan.